BUdaya

penduduk pulau lombok

LOMBOK | tanah dari suku sasak

“Sah” (Pergi/Kembali) - “Shaka” (Leluhur)
Kembali Ke Tanah Leluhur

Warisan Suku Sasak sudah ada sejak abad ke-15 dan sekarang menjadi suku asli Lombok. Ada perdebatan kuat seputar asal-usul suku Sasak. Beberapa sejarawan percaya bahwa ada keterkaitan yang kuat dengan pendatang dan beberapa percaya bahwa suku tersebut berasal dari Jawa kuno. Suku tersebut juga telah didokumentasikan telah menetap di Lombok selama ratusan tahun. Meski demikian, Suku Sasak memiliki ikatan budaya yang kuat dengan Lombok dan merupakan jantung dari penduduk lokal yang tinggal di sana.

lombok

statistik penduduk

85% penduduk Sasak berasal dari awal Millenia

Dengan populasi 3,4 juta orang, Lombok diperkirakan memiliki lebih dari 850.000 rumah tangga dengan rata-rata 4 orang per rumah. Kebanyakan penduduk Lombok adalah Muslim tidak seperti daerah Bali yang beragama Hindu. Diperkirakan pula 85% penduduk Lombok adalah Suku Sasak. Selanjutnya persentase terakhir penduduk terdiri dari orang Jawa, Tionghoa, Sumbawa, dan Arab Indonesia. Karena populasi Muslim yang besar di pulau itu, tradisi dan hari libur lokal umumnya mengikuti pengaruh Islam.

Sejarah Lombok
SASAK 85%

4 acara kebudayaan lokal lombok

NYONGKOLAN  | upacara pernikahan tradisional lombok

Nyongkolan adalah salah satu dari sekian khasanah budaya yang bisa disaksikan di Lombok. salah satu acara penting dalam tradisi Suku Sasak, Nyongkolan adalah prosesi perkawinan yang mengikuti rangkaian acara. Sebelum perayaan Nyongkolan, ada tahapan penting lainnya yang berlangsung dalam tradisi ini. Tradisi pertama adalah Selarian. Mempelai Pria akan membawa seorang wanita ke rumahnya untuk menikah. Setelah ini, Selabar. Di sinilah keesokan harinya mempelai pria akan mengirim perwakilan, baik keluarga atau teman, ke rumah pengantin wanita untuk memberi tahu mereka bahwa pasangan itu berniat menikah. Salah satu faktor unik dari hal ini adalah bahwa jika keluarga mempelai wanita
tidak setuju dengan pernikahan tersebut, mereka akan tetap melanjutkan terlepas dari pandangan keluarga.

Perayaan budaya ini mengikuti rutinitas yang ditetapkan sebelum pasangan ditetapkan untuk menikah. Prosesi tersebut dimulai dengan pengantin pria di rumah lokalnya di desa. Patut dicatat bahwa tradisi ini tidak hanya untuk keluarga, tetapi melibatkan seluruh masyarakat dan banyak anggota Suku Sasak. Pengantin pria memulai perjalanan dari rumahnya ke rumah pengantin wanita dengan jarak berjalan kaki sekitar 1,5 km. Jalan-jalan ini tidak dilakukan sendiri, anggota keluarga, teman, dan masyarakat setempat mengikuti dengan ketat dalam pakaian tradisional terbaik mereka. Selain diikuti ratusan orang mempelai pria, turut ambil bagian dalam rombongan adalah Gendang Beleq (tari dan musik tradisional). perlu juga bagi pengantin laki-laki untuk memiliki seorang anggota Sasak (Pembayun) lansia bersamanya yang ahli dalam Adu Pantun Sasak (pertarungan puisi sasak).

Begitu pengantin pria dan pengikutnya tiba di rumah, harus ada pembicara yang berdedikasi untuk terlibat dengan keluarga pengantin wanita agar proses pernikahan berhasil. Di sinilah Pembayun sangat berguna. Pembayun biasanya akan memimpin jalan dan mulai berbicara dengan pengantin wanita dan keluarganya. Pembicaraannya sangat sopan dan tradisional, mengikuti bahasa Sasak dan terlibat dalam Adu Pantun Sasak. Jika berhasil, maka dianggap ada “pemenang” dan “pecundang” yang kalah harus membayar uang atau barang pakaian sebagai konsekuensinya. Menyusul keberhasilan ini, keluarga kemudian akan bergabung dan saling mengenal. Upacara kemudian dilanjutkan ke lokasi di mana perayaan dapat dimulai. Keluarga akan bergabung, menikmati pesta besar, dan terlibat dalam tarian / musik tradisional. Pawai merupakan acara budaya yang menarik untuk disaksikan dan umumnya berlangsung pada akhir pekan karena lalu lintas yang lebih sedikit di jalan raya.

MALEAN SAMPI | Balapan ternak tradisional

Tradisi Malean Sampi merupakan festival yang sangat sayang untuk dilewatkan. penuh kegembiraan dan kebersamaan bagi seluruh komunitas lokal, festival ini dilakukan setelah panen besar musim tersebut. Malean Sampi diterjemahkan dari bahasa Sasak yang secara harfiah berarti “mengejar sapi / sapi”. Berawal sejak abad ke-18, tradisi ini dihormati dan merupakan acara penting yang diadakan oleh suku Sasak. Perlombaan ini berlangsung pada bulan April setelah para petani selesai mengumpulkan hasil panen mereka dan memiliki waktu istirahat setelah musim yang

panjang. Ini adalah kegiatan rekreasi luar biasa untuk semua yang terlibat dan sangat terkenal di seluruh Indonesia.
Perlombaan ini tidak dianggap remeh oleh petani lokal sekalipun. Setiap sapi yang dilombakan telah dipilih secara cermat berdasarkan prediksi performanya untuk memenangkan perlombaan. Dalam hal festival, selalu ada beberapa bentuk kostum atau dekorasi, dan sapi yang berperan besar dalam hal ini. Umumnya sapi akan memakai bel raksasa buatan yang memberikan humor yang bagus untuk orang banyak yang menonton. Selain dekorasi sapi, festival juga diiringi musik daerah untuk menambah intensitas perlombaan. Ada berbagai genre musik yang dimainkan di
antaranya Tawak-Tawak, Gamelan Kampul dan Batek Baris Lingsar.

Perlombaan berlangsung di trek sepanjang 100 meter yang tergenang air agar lebih menarik dan juga memperhatikan kesejahteraan sapi. Setelah persiapan yang intens, melihat bagiannya, dan mendapatkan makanan sehat, sapi-sapi itu siap berlomba. Burung gagak lokal bertamasya dan bersorak sementara musik tradisional mengisi atmosfer selama perlombaan. Para pemenang dan partisipan terbaik perlombaan diberi peringkat bintang dan dapat menjual sapi mereka dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya.

Presean PRESEAN | unjuk kekuatan pria sasak

Presean adalah pertunjukan maskulinitas sejati bagi laki-laki Suku Sasak. Dua pria bertempur dalam gaya prajurit dengan tongkat dan perisai untuk membangun dominasi pria di wilayah tersebut. Presean artinya adu tongkat dan ini adalah sesuatu yang dianggap sangat sakral bagi laki-laki suku Sasak. Setiap "pertempuran" melibatkan dua orang pria yang dipersenjatai dengan tongkat rotan yang terbuat dari kulit kerbau dan tidak diragukan lagi dapat melukai. Para petarung juga memiliki perisai untuk melindungi diri dari setiap serangan lawan. Orang yang terpilih untuk bertempur dalam acara tersebut disebut Pepadu dalam bahasa Sasak. Orang-orang ini dipilih karena keberanian dan kebaikan mereka dalam komunitas suku setempat. Pertempuran harus dipimpin oleh seorang wasit, yang dikenal sebagai Pakembar, untuk memastikan bahwa aturan diikuti dan para petarung tetap aman.
Acara kebudayaan ini telah berlangsung secara turun-temurun di Suku Sasak dan asal-usulnya menjadi bagian dari Kerajaan Lombok beserta pasukannya. Prajurit sering melakukan ini sebagai upacara ritual setelah kemenangan perang untuk mendorong hujan datang. Ada kepercayaan kuno bahwa semakin banyak darah yang tumpah, semakin banyak hujan yang turun selama musim bertanam. Oleh karena itu penduduk setempat sering melakukan tradisi ini untuk meminta curah hujan yang melimpah kepada Tuhan untuk komunitas dan lahan mereka. Setiap peristiwa yang terjadi tentunya menjadi tontonan yang wajib disaksikan. Penuh dengan musik tradisional (Beleganjur) dan komentator pertarungan lokal untuk dinikmati. Sebagian besar prajurit dahulu telah menerima pelatihan pertempuran, namun mereka yang di Presean, tidak pernah menerima pelatihan apa pun dalam pertempuran.
Diadakan selama 5 ronde, petarung terlibat dalam pertempuran di mana pemenang ditentukan melalui hasil serangan. Wasit akan mengakhiri pertarungan jika salah satu petarung mengeluarkan darah, terlepas dari keinginan mereka untuk melanjutkan. Jika penonton telah menikmati pertarungan, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk bertarung melawan orang lain di antara penonton atau pejuang lain. Meski begitu, aturan masih berlaku dan pertolongan pertama ada di tempat bagi pengunjung dan pejuang. Setelah salah satu petarung diumumkan sebagai pemenang, mereka menerima sejumlah hadiah. Imbalan ini termasuk rokok, barang perawatan pribadi, atau uang. Meskipun hadiahnya tidak bernilai tinggi atau penting, namun hadiah terbesar yang didapat seorang pejuang adalah respek di antara masyarakat setempat.

festival Bau Nyale lombok| Perayaan seluruh lombok

Sebagai salah satu festival paling populer dan penting di Lombok, Festival Bau Nyale tidak boleh dilewatkan. Diterjemahkan dari bahasa Sasak, Bau Nyale artinya “menangkap cacing laut” secarai peserta festival menangkap cacing laut selama acara berlangsung. Penangkapan cacing tersebut dilakukan karena adanya kepercayaan bahwa cacing laut mengurung Putri Mandalika yang terjun ke laut untuk menghindari penangkapan para pangeran. Berlangsung setahun sekali, festival ini selalu jatuh pada tanggal kesepuluh kalender Sasak saat diperkirakan adanya
bulan purnama. Pantai-pantai di Lombok Selatan umumnya menjadi lokasi yang umum untuk perayaan tersebut.

Tidak hanya Festival  budaya yang besar, tetapi juga sangat penting untuk pariwisata daerah setempat karena ribuan orang datang untuk menyaksikan perayaan yang menarik ini. Festival ini menampilkan banyak atraksi budaya termasuk Peresean (adu tongkat), musik tradisional, lomba sepeda, makanan lokal, kontes foto, dan peragaan busana. Perayaan ini berpusat pada legenda Putri Mandalika yang ada dihati semua penduduk Lombok.

Ikut bergabung untuk event kita selanjutnya

event yang akan datang

27
JUL

LOREM IPSUM

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Suspendisse varius enim in eros elementum tristique.

JOIN EVENT
11
JUN

LOREM IPSUM

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Suspendisse varius enim in eros elementum tristique.

JOIN EVENT
mau ikut berkolaborasi?

bertindak sekarang!